MOFAR
Semacam Blog Pribadi

Review Cersil "Suling Emas" karya Kho Ping Hoo

Ada 3 seri panjang dari cersil karya Kho Ping Hoo yang saya suka, dan sering saya baca ulang. Mereka adalah serial Bu Kek Siansu (17 judul), Siang Bhok Kiam (12 judul), dan Raja Pedang (4 judul).

Suling Emas adalah seri ke 2 setelah Bu Kek Siansu. Saat membaca ulang, saya selalu melewatkan seri pertamanya, yaitu Bu Kek Siansu. Tidak saya baca ulang. Selalu begitu. Menurut saya, ceritanya terlalu menyedihkan. Juga, membuat imajinasi saya tentang Bu Kek Siansu terdistorsi. Saya ingin tetap menganggapnya “Manusia Dewa” yang sakti mandraguna, tanpa memiliki kisah sedih dalam perjalanan hidupnya. Haha..

Seminggu lalu, saya kembali mengulang Suling Emas. Berikut review saya soal cerita silat ini.

Review Cersil "Suling Emas" karya Kho Ping Hoo

Suling Emas, seharusnya berkisah soal Suling Emas itu sendiri. Mulai dari masa kecil, hingga ia menjadi pendekar berjulukan itu. Tapi, ke-pendekar-an Suling Emas, baru muncul di bagian terakhir buku ini. Menurut saya, lebih baik kalau serial ini dibagi 2 judul. Karena itu hampir tepat di tengah atau separuh dari total halaman. Jadi baiknya dipecah dengan judul Tok-Siauw-Kwi dan yang kedua Suling Emas.

Bagian pertama Suling Emas, berkisah tentang Liu Lu Sian (Tok-Siauw-Kwi), yang juga ibu dari Kam Bu Song (Suling Emas). Dimulai dari kehidupan awal Lu Sian dari gadis remaja, hingga menjelma menjadi tokoh sakti dan jahat Tok-Siauw-Kwi (Setan Kecil Beracun).

Bagian awal menceritakan petualangan Lu Sian dari diadakannya sayembara oleh ayahnya yang Ketua Bengkauw, yaitu Pat-jiu-Siang-ong Liu Gan, untuk memilih calon mantu. Peristiwa-peristiwa mulai terjadi dan tokoh-tokoh utama mulai diperkenalkan di bagian awal cerita. Dimulai dengan kemunculan Kwee Seng (Kim-mo-eng), Kam Si Ek, seorang jenderal Houhan yang muncul juga di sayembara, dan menarik hati Lu Sian. Kam Si Ek ini pula yang pada akhirnya akan menjadi suami Lu Sian, ayah dari Kam Bu Song (Suling Emas).

Ada banyak peristiwa terjadi, dan saya pikir tidak asyiklah kalau semua saya ceritakan. Ada banyak konflik yang tercipta dan menarik. Saya suka cara penulis untuk menyajikan kisah ini.

Bagian kedua buku ini berkisah perjalan Kam Bu Song. Mulai dari kecil saat ia minggat dari rumah. Seorang anak remaja pembenci ilmu silat dan mahir dalam hal sastra. Petualangan Bu Song sangat menarik diikuti karena di sini akan diceritakan bagaimana remaja pembenci ilmu silat ini pada akhirnya mengakui bahwa ilmu silat tidaklah jahat. Ia sama seperti pisau. Tergantung siapa yang menggunakan, dan digunakan untuk apa.

Bu Song juga yang pada akhirnya secara tidak sengaja mewarisi pusaka Suling Emas, yang merupakan benda pusaka milik Bu Kek Siansu, yang diberikan kepada sastrawan Ciu Bun.

Pada perjalanannya, ia akhirnya menjelma menjadi pendekar sakti berjuluk Suling Emas. Di buku ini, hanya sedikit kisah perjalanan Suling Emas dibahas. Petualangan sebenarnya, ada di seri Berikutnya, yaitu “Cinta Bernoda Darah”. Masih saya baca ulang. Kalau sudah selesai, saya akan bagikan nanti.

Dulu, kisah Suling Emas ini pernah diangkat ke layar kaca oleh Indosiar. Entah kenapa hanya berjalan di satu judul ini saja. Padahal masih banyak cerita seru menanti seandainya ini diteruskan.

Posting Komentar